Sambatan Mbangun Umah
![]() |
Sambatan Pembangunan Rumah di Desa Kami (Dok. Riezqul Qorieb) |
Simaraya.com-Tak..tok, tak..tok, dentang suara palu dan paku beradu, suara gesekan gergaji membelah kayu dan bambu atau bahkan celoteh kami sendiri ketika bekerja sembari bergurau, semua itu sudah demikian akrab di telinga kami.
Tak ada segepok target materi yang damba, tak ada kontrak
kerja yang mengikat dan tak ada keculasan untung rugi yang menjebak. Semua ukuran berpangkal pada ketulusan. Bahkan segala kesepakatan dasarnya hanyalah kerukunan. Demikianlah maka kami menyebutnya sebagai Sambatan atau arti bebasnya sebagai gotong royong.
Bagi kami tinggal di wilayah kaki pegunungan Slamet, tepatnya di Dusun Krajan, Desa Sima, Kecamatan Moga, Pemalang, secara turun-temurun sebagian besar dari kami hidup sebagai petani dalam lingkungan
dan tata cara tradisi agraris sehingga kami terbiasa bekerja dan
melakukan kegiatan secara bersama-sama.
Kami terbiasa melakukan tradisi ini ketika ada keluarga atau tetangga yang sedang punya hajat membangun rumah, mantu,
sunatan, selamatan, atau hajatan yang lainnya. Kerja sambatan
juga akan kami lakukan bersama ketika berlangsung hajatan komunal
seperti tradisi-tradisi yang secara berkala harus diselenggarakan
kampung atau desa.
Belum lama ini kami melakukan sambatan membangun rumah tetangga kami, Bi Roayah atau biasa kami panggil Bi Ro. Rumahnya sudah tidak layak huni, maka dari itu kita sebagai tetangga merasa terpanggil untuk bergotong-royong membantu pembangunan rumah bi Ro agar lebih layak dan pantas untuk ditempati.
![]() |
Sambatan Umah (Dok. Riezqul Qorieb) |
Bukannya tanpa pamrih ketika kami
terlibat dalam kerja sambatan. Namun kembali lagi, pamrih kami bukanlah
segepok target dagang atau perhitungan seberapa besar tenaga dan pikiran
yang kami sumbangkan akan mempengaruhi besaran rupiah yang kami dapat.
Bukan pula perhitungan untung rugi yang dangkal dan materialistis seperti itu
pamrih kami. Ada nilai yang lebih mulia dan terhormat bagi kami yakni
ketenteraman dan kebersamaan.
Kami menjadi tenteram ketika terlibat sambatan, memberikan
sumbangsih setulus dan semaksimal mungkin karena nanti, suatu ketika
kami sendiri juga akan menjadi penyelenggara hajatan.
Kebersamaan yang terpupuk kala melaksanakan sambatan kami harapkan akan terus ada hingga anak-cucu kami kelak sebagai generasi penerus kami.
Tradisi yang penuh dengan semangat
gotong-royong di dalam masyarakat ini harus terus dipertahankan dan dijaga kearifannya. Karena semangat itu lah yang menyatukan kami
masyarakat dari banyaknya warna dan perbedaan. Keberagaman bukanlah hal
yang membuat perbedaan antara satu dan lainnya menjadi pertentangan.
Tapi perbedaan harus memberi warna yang indah dalam keberagaman yang
menjadi kekuatan luar biasa di dalam masyarakat.
Writed by @Simaraya
Photo by Riezqul Qorieb
Post a Comment for "Sambatan Mbangun Umah"