Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Peluang Usaha: Memanen Uang Dari Budidaya Kecombrang

Tanaman kecombrang atau Etlingera elatior (wikipedia)

Simaraya - Tanaman kecombrang, sampeyan pernah dengar nama tanaman ini? 
Mungkin bagi sebagian masyarakat, tanaman ini kurang familiar, tapi bagi para pecinta kuliner, tanaman ini tidak asing lagi. Maklum, daun kecombrang kerap dimanfaatkan sebagai bahan campuran atau bumbu penyedap berbagai macam masakan.

Bagi masyarakat di Jawa Barat contohnya, kuntum bunga kecombrang sering dijadikan lalapan yang dimakan bersama sambal. Sementara itu, bagi masyarakat di Jawa Tengah, bunga kecombrang kerap diolah menjadi bahan pecel dan urap. Masih banyak lagi masyarakat di berbagai daerah yang memanfaatkan kecombrang sebagai bahan campuran kuliner tradisional.

Selain itu, karena wangi bunganya yang sedap dan khas, kecombrang juga bisa dijadikan tanaman hias. Sepintas, tanaman kecombrang mirip tanaman hias pisang-pisangan. Bentuk batang tanaman ini berwarna hijau dengan kuncup bunga agak kemerahan. Tinggi tanaman yang memiliki nama latin Etlingera elatior ini bisa mencapai 5 meter.

Dengan berbagai manfaatnya tersebut, kecombrang mulai banyak dibudidayakan masyarakat Indonesia. Pembudidaya bisa menjual bibit dan bunga kecombrang dengan omzet hingga mencapai Rp 7 juta per bulan.

Membudidayakan tanaman kecombrang tidak terlampau sulit. Pembudidaya hanya perlu lahan tanam yang subur dan merawat bibit kecombrang dengan baik. Area pembudidayaan juga harus secara berkala dibersihkan. Jika proses perawatan berjalan benar, pembudidaya bisa memanen bibit dan bunga kecombrang dalam dua minggu atau sebulan sekali.

Membudidayakan tanaman kecombrang, terbilang tidak sulit. Tanaman yang memiliki nama latin Etligera elatior ini hanya perlu lahan dengan keadaan tanah yang subur.

Budiman Bagus, pembudidaya kecombrang mengatakan, langkah awal yang harus dilakukan adalah mencari bibit tanaman. Biasanya, kata Bagus, pada awal tahap awal, ia mengumpulkan tunas-tunas baru yang tumbuh dari tanaman kecombrang. Tunas inilah yang akan dijadikan bibit.

Setelah mendapatkan bibit, tanah harus digali dengan kedalaman 60 sentimeter (cm) untuk tempat menanam. Sebelum bibit ditanam, tanah harus digemburkan dan ditaburi dengan pupuk kompos agar lebih subur.

Jika lahan akan ditanami banyak bibit kecombrang, setiap lubang tanam harus diberi jarak 30 cm. Sebab, tanaman kecombrang bisa tumbuh hingga 1 meter.

Pada umur sekitar dua minggu, tanaman kecombrang sudah tumbuh sekitar setengah meter. Menurut Bagus, pada usia tersebut, biasanya ia telah memindahkan bibit kecombrang ke dalam polibag atau pot dan siap dijual ke pasaran.

Merawat tanaman kecombrang juga tak merepotkan. Biasanya, Bagus hanya menyiram kecombrang dua kali sehari. Namun, yang harus diperhatikan adalah hama tanaman ini. Hamanya adalah burung-burung kecil liar yang suka mengisap sari bunga kecombrang. Karena itu, pada siang atau sore hari, Bagus selalu menghalau burung-burung kecil yang hinggap di tanaman ini.

Jika proses perawatan berjalan baik dan benar, Bagus bisa panen bunga kecombrang dalam waktu dua minggu atau sebulan sekali. Bagus menjual bibit dan bunga kecombrang untuk kebutuhan kuliner.
Untuk tanaman hias, Bagus membanderol bibit kecombrang Rp 50.000 per pot. Sedangkan untuk bahan makanan, dibandrol Rp 50.000 per kilogram (kg).

Pembudidaya kecombrang lainnya adalah Yuke Rahmadana. Ia juga mengaku tak kesulitan membudidayakan kecombrang. Apalagi, pohon ini telah dibudidayakan turun temurun oleh orangtuanya.

Menurut Yuke, selain lahannya harus diberi pupuk, tanaman kecombrang cukup disiram satu kali sehari. Tanaman ini hanya butuh sinar matahari sepanjang hari. Hal ini agar bunga dan buah yang dihasilkan banyak. Perawatan tanaman harus rutin dilakukan hingga tanaman mencapai tinggi 40 cm–60 cm.

Tapi, ada hal khusus yang harus diperhatikan dalam budidaya kecombrang, yakni pembudidaya tidak perlu menggunakan banyak air untuk menghasilkan panen.
Selain itu, kebersihan sekeliling area pembudidayaan juga harus tetap dijaga. Jangan sampai banyak rumput liar dan binatang pengerat di sekeliling pohon. "Oleh karena itu, secara berkala area penanaman harus rajin dibersihkan," ungkap Yuke.    

Omzet Jutaan
Budiman Bagus, Pembudidaya tanaman kecombrang asal Semarang Jawa Tengah, ini mengaku sudah membudidayakan kecombrang sejak 10 tahun lalu. Ia membudidayakan kecombrang di atas lahan sekitar 500 meter persegi di halaman pekarangan rumahnya.

Selain menyediakan bibitnya untuk tanaman hias, Bagus juga menjual bunga kecombrang buat kebutuhan kuliner. Untuk tanaman hias, Bagus membanderol bibit kecombrang Rp 50.000 per pot. Sedangkan untuk bahan makanan, ia menjual dengan banderol Rp 50.000 per kilogram (kg).
Dalam sebulan, Bagus mengaku bisa menjual sekitar 100 pot bibit kecombrang ke sejumlah perusahaan, instansi atau pengelola taman kota. Sementara untuk bunga kecombrang, Bagus bisa menjual lebih dari 30 kg per bulan ke sejumlah pasar tradisional di sekitar kota Semarang. Jika dihitung, omzet yang bisa dipetik Bagus dari penjualan bibit dan bunga kecombrang bisa mencapai Rp 7 juta per bulan.

Sedangkan Yuke Rahmadana dengan bendera usaha CV Jaya Makmur, Yuke mengaku telah membudidayakan kecombrang sejak tahun 2007. Ia menanam kecombrang di lahan seluas 1 hektare di daerah Teluk Bajo, Padang. “Ada ratusan pohon kecombrang di lahan budidaya itu,” ujar Yuke.
Dalam sekali panen, Yuke bisa memetik 300 kg bunga kecombrang. Lazimnya, panen dilakukan tiga bulan sekali. Dus, dalam sekali panen, Yuke bisa meraup omzet Rp 2,7 juta-Rp 6,5 juta. Sebagian besar pelanggannya berasal dari Jakarta, Pekanbaru dan Padang.  

Sampeyan tertarik, ayo bertanam kecombrang!!!

Sumber: Kontan & Wikipedia  
 

Post a Comment for "Peluang Usaha: Memanen Uang Dari Budidaya Kecombrang"

loading...
loading...